welcome

"thanks a million for your welcome"

Cari Blog Ini

Powered By Blogger

makalah toxoplasmosis. (toxoplasmagondii)



CURAHAN KATA PENYEJUK



Segala puji bagi Allah pemilik mata air cinta yang tiada pernah kering karena dengan aliran kasih sayangnya penulis bisa menyelesaikan penelitian dengan kesabaran dan kebahagiaan.
Semoga dengan hasil penelitian ini bisa memberilan gambaran yang jelas tentang taxoplasmosis bagi teman-teman dalam kegiatan proses belajar mengajar
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca merupakan modal utama kami untuk meraih tangga kesuksesan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada  semua yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, khususnys ibu Hj.Aisyah S,Pd yang telah melunagkan waktunya dan memberikan pengetahuan  yang sangat berharga bagi penulis dan teman –teman semua.
Akhirnya tiada kata yang paling indah kecuali puji syukur alkhamdulillah pada pemilik kasih sayang sempurna atas berjuta nikmat yang tercurah dan kita rasakan sampai saat ini.






KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “TAXOPLASMOSIS”
Penulisan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata pelajaran Biologi SMA N 2 Banda Aceh.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada :
  1. Bpk Amirudddin Selaku Kepala Sekolah SMA N 2 serta segenap jajarannya yang telah memberikan kemudahan-kemudahan baik berupa moril maupun materiil selama mengikuti pendidikan di SMP Nesaci Ciawi Tasikmalaya.
  2. Ibu Hj.Aisyah,S.Pd. selaku Guru Mata Pelajaran yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pkiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini
  3. Rekan-rekan semua di Kelas X-3 SMA N 2 Banda Aceh
  4. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis, baik selama mengikuti Pelajaran maupun dalam menyelesaikan makalah ini
  5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
                                                                                                               




                                                                               
                                                                                DAFTAR  ISI

KETERANGAN PENULIS………………………………………………………………………………………    1
CURAHAN KATA PENYEJUK………………………………………………………………………………...    2
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………….     3
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………..     4
Pendahuluan……………………………………………………………………………………………………...     5
Kejadian Toxoplasmosis…………………………………………………………………………………….     5
Etiologi penyakit Toxoplasmosis…………………………………………………………………. .........     6
Gambar Siklus Toxoplasmosis…………………………………………………………………………....     7
Siklus Hidup Dan morfologi Taxoplasmosis………………………………………………………..     8
Cara penularan Toxoplosmosis……………………………………………………………………            …....      8
Toxoplasmosis Pada Anjing……………………………………………………………………………….      9
Peruhahan Mikroskopis Pada Penyakit Toxoplasmosis………………………………………      10
Manifestasi Klinis Toxoplasmosis………………………………………………………………………      11
Diagnosis Toxoplasmosis………………………………………………………………………………….       11
Diagnosis Toxoplasmosis Pada Bayi…………………………………………………………………..      12
Pencegahan Toxoplasmosis……………………………………………………………………………....      14
Pengobatan Toxoplasmosis…………………………………………………………………………….....      14
Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………......     15
KATA PENUTUP……………………………………………………………………………………………........     16
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………..     17
PERTANYAAN……………………………………………………………………………………………............     18
PERTANYAAN





 TOXOPLASMOSIS



PENDAHULUAN

Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan nama Toxoplasma gondii, yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak terinfeksi pada manusia dan hewan peliharaan. Penderita toxoplasmosis sering tidak memperlihatkan suatu gejala klinis yang jelas sehingga dalam menentukan diagnosis penyakit toxoplasmosis sering terabaikan dalam praktek dokter sehari-hari. Apabila penyakit toxoplasmosis mengenai wanita hamil trismester ketiga dapat mengakibatkan hidrochephalus, khorioretinitis, tuli atau epilepsi.

Penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing tetapi penyakit ini juga dapat menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba, dan hewan peliharaan lainnya. Walaupun sering terjadi pada hewan-hewan yang disebutkan di atas penyakit toxoplasmosis ini paling sering dijumpai pada kucing dan anjing. Untuk tertular penyakit toxoplasmosis tidak hanya terjadi pada orang yang memelihara kucing atau anjing tetapi juga bisa terjadi pada orang lainnya yang suka memakan makanan dari daging setengah matang atau sayuran lalapan yang terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis.

Dewasa ini setelah siklus hidup toxoplasma ditemukan maka usaha pencegahannya diharapkan lebih mudah dilakukan. Pada saat ini diagnosis toxoplasmosis menjadi lebih mudah ditemukan karena adanya antibodi IgM atau IgG dalam darah penderita. Diharapkan dengan cara diagnosis maka pengobatan penyakit ini menjadi lebih mudah dan lebih sempurna, sehingga pengobatan yang diberikan dapat sembuh sempurna bagi penderita toxoplasmosis. Dengan jalan tersebut diharapkan insidensi keguguran, cacat kongenital, dan lahir mati yang disebabkan oleh penyakit ini dapat dicegah sedini mungkin. Pada akhirnya kejadian kecacatan pada anak dapat dihindari dan menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas.

KEJADIAN TOXOPLASMOSIS

Toxopasmosis adalah penyakit zoonosis yang secara alam dapat menyerang manusia, ternak, hewan peliharaan yang lain seperti hewan liar, unggas dan lain-lain. Kejadian toxoplasmosis telah dilaporkan dari beberapa daerah di dunia ini yang geografiknya sangat luas. Survei terhadap kejadian ini memberi gambaran bahwa toxoplasmosis pada suatu daerah bisa sedemikian hebatnya hingga setiap hewan mmlperlihatkan gejala toxoplasmosis. Sebagai contoh adalah survei yang telah diadakan di Amerika Serikat. Data positif didasarkan kepada penemuan serodiagnostik dari beberapa hewan peliharaan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 1: Data Positif didasarkan penemuan serodiagnostik
No.
Hewan yang terinfeksi
Persentase
1.
Anjing
59%
2.
Kucing
34%
3.
Babi
30%
4.
Sapi
47%
5.
Kambing
48%

 

 

Pada manusia penyakit toxoplasmosis ini sering terinfeksi melalui saluran pencernaan, biasanya melalui perantaraan makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis ini, misalnya karena minum susu sapi segar atau makan daging yang belum sempurna matangnya dari hewan yang terinfeksi dengan penyakit toxoplasmosis. Penyakit ini juga sering terjadi pada sejenis ras kucing yang berbulu lebat dan warnanya indah yang biasanya disebut dengan mink, pada kucing ras mink penyakit toxoplasmosis sering terjadi karena makanan yang diberikan biasanya berasal dari daging segar (mentah) dan sisa-sisa daging dari rumah potong hewan.

 

 

ETIOLOGI PENYAKIT TOXOPLASMOSIS


Toxoplasmosis ditemukan oleh Nicelle dan Manceaux pada tahun 1909 yang menyerang hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara. Selanjutnya setelah diselidiki maka penyakit yang disebabkan oleh toxoplasmosis dianggap suatu genus termasuk famili babesiidae.

Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler pada momocyte dan sel-sel endothelial pada berbagai organ tubuh. Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat atau oval, jarang ditemukan dalam darah perifer, tetapi sering ditemukan dalam jumlah besar pada organ-organ tubuh seperti pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, pam-pam, otak, ginjal, urat daging, jantung dan urat daging licin lainnya.

Perkembangbiakan toxoplasma terjadi dengan membelah diri menjadi 2, 4 dan seterusnya, belum ada bukti yang jelas mengenai perkembangbiakan dengan jalan schizogoni. Pada preparat ulas dan sentuh dapat dilihat dibawah mikroskop, bentuk oval agak panjang dengan kedua Ujung lancip, hampir menyerupai bentuk merozoit dari coccidium. Jika ditemukan diantara sel-sel jaringan tubuh berbentuk bulat dengan ukuran 4 sampai 7 mikron. Inti selnya terletak dibagian ujung yang berbentuk bulat. Pada preparat segar, sporozoa ini bergerak, tetapi peneliti-peneliti belum ada yang berhasil memperlihatkan flagellanya.

Toxoplasma baik dalam sel monocyte, dalam sel-sel sistem reticulo endoteleal, sel alat tubuh viceral maupun dalam sel-sel syaraf membelah dengan cara membelah diri 2,4 dan seterusnya. Setelah sel yang ditempatinya penuh lalu pecah parasit-parasit menyebar melalui peredaran darah dan hinggap di sel-sel baru dan demikian seterusnya.

Toxoplasma gondii mudah mati karena suhu panas, kekeringan dan pembekuan. Cepat mati karena pembekuan darah induk semangnya dan bila induk semangnya mati jasad inipun ikut mati. Toxoplasma membentuk pseudocyste dalam jaringan tubuh atau jaringan-jaringan tubuh hewan yang diserangnya secara khronis. Bentuk pseudocyste ini lebih tahan dan dapat bertindak sebagai penyebar toxoplasmosis.
  

SIKLUS HIDUP DAN MORPOLOGI TOXOPLASMOSIS.

Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, clan
Ookista. Trofozoit berbentuk oval dengan ukuran 3-7 um, dapat menginvasi semua sel mamalia yang memiliki inti sel. Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa akut dari infeksi. Bila infeksi menjadi kronis trofozoit dalam jaringan akan membelah secara lambat dan disebut bradizoit.

Bentuk kedua adalah kista yang terdapat dalam jaringan dengan jumlah ribuan berukuran 10-100 um. Kista penting untuk transmisi aan paling banyak terdapat dalam otot rangka, otot jantung dan susunan syaraf pusat. Bentuk yang ke tiga adalah bentuk Ookista yang berukuran 10-12 um. Ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing dan dikeluarkan bersamaan dengan feces kucing. Dalam epitel usus kucing berlangsung siklus aseksual atau schizogoni dan siklus atau gametogeni dan sporogoni. Yang menghasilkan ookista dan clikeluarkan bersama feces kucing. Kucing yang mengandung toxoplasma gondii dalam sekali exkresi akan mengeluarkan jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleh hospes perantara seperti manusia, sapi, kambing atau kucing maka pada berbagai jaringan hospes perantara akan dibentuk kelompok-kelompok trofozoit yang membelah secara aktif. Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista. Bila kucing makan tikus yang mengandung kista maka terbentuk kembali stadium seksual di dalam usus halos kucing tersebut.


CARA PENULARAN TOXOPLASMOSIS

Infeksi dapat terjadi bila manusia makan daging mentah atau kurang matang yang mengandung kista. Infeksi ookista dapat ditularkan dengan vektor lalat, kecoa, tikus, dan melalui tangan yang tidak bersih. Transmisi toxoplasma ke janin terjadi utero melalui placenta ibu hamil yang terinfeksi penyakit ini. Infeksi juga terjadi di laboratorium, pada peneliti yang bekerja dengan menggunakan hewan percobaan yang terinfeksi dengan toxoplasmosis atau melalui jarum suntik dan alat laboratorium lainnya yang terkontaminasi dengan toxoplasma gondii.

Melihat cara penularan diatas maka kemungkinan paling besar untuk terkena infeksi toxoplamosis gondii melalui makanan daging yang mengandung ookista dan yang dimasak kurang matang. Kemungkinan ke dua adalah melalui hewan peliharaan. Hal ini terbutki bahwa di negara Eropa yang banyak memelihara hewan peliharaan yang suka makan daging mentah mempunyai frekuensi toxoplasmosis lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain. Dapatlah dilihat pada tabel 2 dibawah ini:
Table 2. Frekuensi toxoplasmosis pada penduduk dari berbagai negara.
No.
Tempat
Frekuensi
Peneliti
Tahun
1.
Taiwan
1,97%
Dufee
1975
2.
Hongkong
6,20%
Ludlam
1969
3.
Jepang
16,5%
Suzuki
1971
4.
Singapura
17,2%
Singh
1968


Table 3. Frekuensi toxoplasmosis pada hewan
No.
Tempat
Jenis Hewan
Frekuensi
Peneliti
1.
Jakarta
-Babi
-Kucing
-Anjing
28%
77,7%
75,6%
Koesharyono
Gandahusada
2.
Kalsel
-Kambing
-Kucing
61%
41%
Dufee
3.
Taiwan
-Babi
-Kucing
30,5%
27,7%
Dufee
4.
Hongkong
-Babi
-Anjing
71%
29,4%
Ludlam
Chabra

Table 4. Frekuensi toxoplasmosis pada penduduk di berbagai Daerah di Indonesia
No.
Tempat
Frekuensi
Peneliti
Tahun
1.
Kalimantan Barat
3%
Cross
1976
2.
Sulawesi tenggara
8%
Clark
1973
3.
Sulawesi Utara
8%
-
-
4.
Sumatera Utara
9%
Cross
1975
5.
Surabaya
9%
Yamamoto
1970
6.
Jawa Tengah
10%
Cross
1975
7.
Jawa Barat
20%
-
1973
8.
Kalimantan Selatan
31%
-
-
9.
Ujung Pandang
60%
Rasiyanto
1976

Pada Tabel 3 dan 4 dapat kita lihat perbedaan persentase yang sangat berbeda mungkin ini disebabkan karena perbedaan metoda pemeriksaan yang dipakai. Kucing sebagai hospes definitif dan binatang lain sebagai hospes perantara seperti babi, karnbing, anjing juga mempunyai frekuensi penyakit toxoplasmosis yang cukup tinggi pada berbagai tempat di dunia.

TOXOPLASMOSIS PADA ANJING.
Toxoplasmosis pada anjing pertama kali ditemukan oleh Mello pada tahun 1910. Sekarang banyak anjing-anjing di Eropa clan Amirika mengandung bahan-bahan penangkis terhadap penyakit ini dalam darahnya belum memberikan garnbaran prevalensi kejadian toxoplasmosis pada anjing dalam suatu daerah. Gejala klinis penyakit ini tidak tersifat, dokter hewan mengenal penyakit yang gejala klinisnya sama dengan toxoplasmosis sehingga sukar membedakannya kecuali dengan cara pemeriksaan secara miskroskopiss dan serologik. Bila hal ini positif, maka baru bisa di simpulkan bahwa anjing tersebut menderita toxoplasmosis.
Untuk pemeriksaan dapat dipergunakan liquorcerebrospinalis dan biopsi kelenjar-kelenjar. Parasit ini hanya sesekali dapat diasingkan dari darah, liur dan tinja. Pada hewan yang mati karena penyakit ini umumnya tidak sulit untuk menemukan parasit yakni dengan pemeriksaan mikroskopik langsung ataupun dengan sunltikan langsung pada hewan-hewan percobaan.

Bila infeksi dengan toxoplasmosis menyebabkan gejala-gejala klinis pada anjing atau hewan-hewan lain maka biasanya parasit-parasit itu menyerang susunan syaraf pusat, paru-paru atau alat digesti. Kadang-kadang parasit ini masuk ke dalam mata. Perubahan-perubahan otak, dan abortus yang dilukiskan pada toxoplasmosis pada manusia sedangkan pada anjing dan hewan lainnya jarang dijumpai.
Gejala-gejala otak terlihat sebagai depresi, paraplegia atau epilepsi, jadi sangat menyerupai gangguan-gangguan otak disebabkan oleh kausa lain, antara lain seperti penyakit distemper pada anjing. Umumnya pneumoni atau diare yang ditimbulkan oleh parasit yang bersifat menahun dan selang-seling tidak dapat dipengaruhi oleh obat-obatan. Diantara anjing yang diserang penyakit ini kira-kira 47% memperlihatkan gejala-gejala paru-paru, 31% gejala-gejala digesti dan 21% gejala-gejala syaraf.
Perubahan postmortal pada anjing, yang paling sering terlihat ialah pnewnoni.
Radang paru-paru ini yang disertai dengan odema, meluas secara lobuler hingga lobar. Umlunnya bersifat kataral dan jarang bersifat kataral berfibrin. Secara mikroskopis dapat terlihat sarang-sarang nekrosa pada paru-paru dan hati maka dapat disimpulkan penyakit ini sudah berlangsung lama. Cairan dalam rongga dada dan rongga perikard bertambah. Di dalam lambung dan usus terjadi gastro enteritis, yang bersifat kataral dan adanya tukak-tukak pada mukosa. Kelenjar limpa sekali-kali membengkak basah dan merah karena kongesti. Cairan serebrospinal biasanya bertambah dan sekali-kali berwarna merah. Pembuluh-pembuluh darah penuh berisi darah sehingga selaput otak sering penuh darah dan jelas terlihat.

PERUBAHAN MIKROSKOPIS PADA PENYAKIT TOXOPLASMOSIS
Sarang-sarang nekrosa dapat ditemukan didalam paru-paru, hati, limpa, anak ginjal dan sel-sel disekitar sarang-sarang ini mengandung toxoplasmosis yang tergabung dalam koloni-koloni terminal (Pseudo-cysts) atau parasit-parasit itu terletak bebas dalam jaringan-jaringan. Toxoplasma banyak dijumpai didalam sel-sel pada pinggir ulkus-ulkus usus.
Didalam otak parasit-parasit terlihat didalam sel-sel glia atau neuron sebagai paraasit-parasit intra selluler atau sebagai koloni-koloni terminal (pseudo cysts).. Protozoa itu juga berada bebas dalam jaringan. Reaksi radang umumnya jelas terlihat, sebagai gliosis, mikroglia, atan astrosit-astrosit. Penyerbukan limfosit-limfosit dalam ruang virchow robin, disamping nekrosa lokal jaringan otak. Juga terjadi proliferasi sel-sel adventisia, disamping nekrosa lokal jaringan otak. Perubahan-perubahan itu paling banyak terdapat dalam cortex cerebralis. Parasit itu juga bisa dijumpai pada selaput otak.
Hati memperlihatkan perdarahan-perdarahan lokal yaitu gambaran degenerasi dan reaksi seluler disamping sarang-sarang nekrosa tersebut di atas. Parasit-parasit dapat ditemukan didalam makrofag atau didalam sel-sel hati. Didalam limpa kadang-kadang dijumpai sel-sel reticulum dan makrofag-makrofag. Parasit-parasit terlihat didalam miokard yakni didalam makrofag-makrofag atau didalam miofibril. Disamping itu serabut-serabut otot degenerasi.
Toxoplasmosis sekali-sekali ditemukan di dalam mata anjing. Disamping itu juga memperlihatkan gejala renitis, newritis. Pada unggas toxoplasmosis otak merupakan perubahan-perubahan yang sering terlihat.

 

MANIFESTASI KLINIS TOXOPLASMOSIS.


Toxoplasmosis gondii yang tertelan melalui makanan akan menembus epitel usus dan diragositosis oleh makrofag atau masuk ke dalam limfosit akibatnya terjadi penyebaran limfogen. ToxoplasnJosis gondii akan menyerang seluruh sel berinti, membelah diri dan menimbulkan lisis, sel tersebut destruksi akan berhenti bila tubuh telah membentuk antibodi. Pada alat tubuh seperti susunan syaraf dan mata, zat ini tidak dapat masuk karena ada sawar (barier) sehingga destruksi akan terus berjalan.
Umumnya infeksi toxoplasmosis gondii ditandai dengan gejala seperti infeksi lainnya yaitu demam, malaise, nyeri sendi, pembengkakan kelenjar getah bening
(toxoplasmosis limfonodosa scuta). Gejala mirip dengan mononukleosis infeksiosa. Infeksi yang mengenai susunan syaraf pusat menyebabkan encephalitis (toxoplasma ceebralis akuta). Parasit yang masuk ke dalam otot jantung menyebabkan peradangan. Lesi pada mata akan mengenai khorion dan rentina menimbulkan irridosklitis dan khorioditis (toxoplasmosis ophithal mica akuta). Bayi dengan toxoplamosis kongenital akan lahir sehat tetapi dapat pula timbul gambaran eritroblastosis foetalis, hidrop foetalis.

DIAGNOSIS TOXOPLASMOSIS
Diagnosis toxoplasmosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan serologis dan menemukan parasit dalam jaringan tubuh penderita. Seperti telah diuraikan di atas, gejala klinis sering kali meragukan dan menemukan parasit dalam jaringan tubuh penderita bukanlah suatu hal yang mudah. Maka pemeriksaan secara serologis terhadap antibodi penderita toxoplasmosis merupakan alat bantu diagnosis yang mudah dan baik.
Dasar pemeriksaan serologis ialah antigen toxoplasmosis bereaksi dengan antibodi spesifik yang terdapat dalam serum darah penderita. Beberapa jenis pemeriksaan serologis yang umum dipakai ialah: Dye test Sabin Feldman, Complement Fixation Test (CFT), reaksi Fluoresensi antibodi, Indirect Hemagglutination Test dan enzym linked immunosorhen assay (Elisa). Dye test Sabin Feldman merupakan pemeriksaan yang pertama kali ditemukan. Dasar test ini yaitu toxoplasma gondii mudah diwarnai dengan metilen blue. Tetapi bila dicampur dengan serum kebal, maka parasit tidak dapat mengambil warna lagi karena anti bodi toxoplasma yang ada dalam serum tersebut akan melisis parasit ini. Complement fixaton test (CFf) berdasarkan reaksi antigen antibodi yang akan mengikat komplement sehingga pada penambahan sel darah merah yang dilapisi anti bodi tidak terjadi hemolisis. Reaksi fluoresensi anti bodi memakai sediaan yang mengandung toxoplasma yang telah dimatikan. Anti bodi yang ada dalam serum akan terikat pada parasit. Setelah ditambah antiglobulin manusia yang berlabel fluoresens. Inderect hemaglutination test mempergunakan antigen yang diletakkan pada sel-sel darah merah, bila dicampur dengan serum kebal menimbulkan aglutinasis. Elisa mempergunakan antigen toxoplasmosis yang diletakkan pada penyangga padat. Mula-mula diinkubasi dengan reum penderita, kemudian dengan antibodi berlabel enzim. Kadar anti bodi dalam serum penderita sebanding dengan intertitas warna yang timbul setelah ikatan antigen anti bodi dicampur dengan substat.
Diagnosis terhadap toxoplasmosis secara mudah dapat ditegakkan dengan menemukan anti bodi terhadap penderita terhadap serum darah penderita Anti toxoplasma gondii kelas IgM timbul segera setelah infeksi, dan baru mencapai puncaknya pada minggu keempat kemudian menurun secara lambat dan tidak terdeteksi lagi setelah empat bulan. Sedang anti toxoplasma kelas IgG dapat dideteksi setelah 3 atan 4 bulan infeksi dan akdarnya menetap sampai bertahun-tahun. Dengan memeriksa antibodi kelas IgG dan IgM, maka kita dapat mengetahui apakah seseorang dalam efeksi akut, rentan atau kebal tehadap toxoplasmosis. Selain seperti cara di atas bisa juga dilakukan pemeriksaan histopatologis jaringan otak, sum-sum tulang belakang, kelenjar limpe, cairan otak merupakan diagnosis pasti tetapi cara ini sulit dilakukan.

 

DIAGNOSIS TOXOPLASMOSIS KONGENITAL PADA BAYI.


Di Indonesia sering dijumpai bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongnital. Penyebab kelainan kongenital karena infeksi termasuk golongan toxoplasma janin mulai membentuk zat anti pada akhir trimester pertama, yang terdiri dari IgM zat anti ini biasanya menghilang setelah 1-3 bulan.

Zat anti IgM pada bayi didapat dari ibunya melalui plasenta Konsentrasi IgG pada neonatus berkurang, dan akan naik lagi bila bayi dapat mebuat IgG sendiri pada umur lebih kurang 3 bulan. Serodiagnosis infeksi kongenital berdasarkan kenaikan jumlah zat anti IgG spesifik mau deteksi zat anti IgM spesifik. Tujuan penulisan makalah ini untuk mengingat kembali kepentingan pemeriksaan zat anti IgG pada paired sera untuk diagnosis toxoplasmosis kongenital bila zat anti IgG tidak ditemukan.

Pada bulan Januari 1986 Sampai Juni 1988 staf bagian parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yaitu Srisasi Ganda Husada telah melakukan penelitian tentang toxoplasmosis yaitu telah memeriksa 99 bayi berumur 1 hari sampai 6 bulan yang tersangka menderita toxoplasmosis kongenital. Bayi-bayi ini dikirim oleh RS. Dr. Cipto Mangunkusumo, rumah sakit lain yang ada di Jakarta dan dari dokter-dokter praktek pribadi. Kelainan klinik pada bayi-bayi yang tersangka toxoplasmosis kongenital ini adalah merupakan trias klasik yaitu Hidrocephalus, korioretinitis, dan perkapuran otak. Ada bayi yang hanya menunjukkan suatu kelainan seperti hepatosplenomegali katarak, mikrosefalus, kejang, dan ada yang menunjukkan lebih dari satu kelainan di atas.
Dari tiap bayi diambil darah vena atan darah tali pusat serum dipisahkan dari gumpalan darah dan disimpan dalam frezer pada suhu 20C sampai diperiksa 2m anti IgM ditentukan dengan Elisa dengan menggunakan test kit Eti-Toxox-M reverse dari sorin Biomedica. Dalam test kit ini tersedia lempeng-lempeng plastik dengan sumur-sumur ini diisi dengan serum kontrol dan serum pendertia, kemudian diinkubasi selama 1 jam pada suhu 370C. Bila dalam serum tersebut terdapat IgM spesifik, maka IgM ini akan diikat dan menempel pada dasar sumur.

Cairan dalam sumur-sumur dibuang dan lempeng-lempeng dicuci. Kemudian sumur-sumur diisi dengan toxoplasmosis entigen yang dibuat dari toxoplasma gondii RH Strain antigen ini dicanlpur dengan Enzyme tracer yang mengandung IgG terhadap toxoplasma gondii (dari tikus) yang dikonjugasi pada horse radish peroxydase. Setelah diinkubasi kembali selama 1 jam pada 370C, maka toxoplasma gondii akan terikat pada IgM spesifik dan enzim tracer yang menempel pada IgG terhadap toxoplasma gondii. Dengan demikian antivitas enzim ini proposional dengan konsentrasi IgM spesifik dalam serum penderita atau kontrol. Aktivitas enzim diukur dengan menambahkan Tetra Methilbenzidene chromogen/substrat yang tidak warna. Lempeng-lempeng diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar. Enzym dicampur dengan chromogen substrat menimbulkan warna kuning yang diukur dengan spektrofotometer dengan filter 45Omm setelah reaksi dihentikan dengan laluran H2SO4In. Yang dianggap positif adalah nilai besar dari pada Cut off Control.

Zat anti IgG pada bayi yang datang sebelum Juni 1987 di tentukan dengan mikroteknik tes hemagtutinasi tidak langsung (IHA) menurut Milgram dengan menggunakan antigen dari laboratorium NAMRU 2 yang dibuat dari RH strain toxoplasma gondii sebelum diperiksa serum diinativasi pada suhu 56°C selama setengah jam,. Titer dimana masih tampak aglutinasi. Mulai Juni 1987 telah tersedia Toxo Elisa Test Kit dari MA Bio product dan untuk penentuan zat anti IgG lalu digunakan Test Kit tersebut. Dalam Test Kit tersebut digunakan lempeng-lempeng plastik dengan sumur-sumur yang telah dilapisi dengan antigen toxoplasma gondii.
Sumur-sumur ini diisi dengan senun kontrol dan serum penderita. Kemudian diinkubasi 45 menit pada suhu kamar. Bila serum yang diperiksa mengandung zat
anti IgG spesifik maka zat anti ini terikat pada antigen. Setelah dicuci sumur-sumur diisi dengan antihuman IgG yang dikonjugasi pada enzim alkalin fosfatase. Lempeng-lempeng diinkubasi selama 45 menit pada subu kamar. Konjugat ini akan terikat pada IgG spesifik (bila) ada pada dasar sumur diisi dengan substat P-nitro fenifostat. Setelah diinkubasi kembali selama 45 menit subtract akan dihirrolisa oleh enzim yang menimbulkan warna kuning. Setelah reaksi dihentikan dengan larutan Na OH I N perubahan warna dibaca dengan spektrofotometer dengan filter 405 mm. Intentitas perubahan warna sejajar dengan jumlah IgG spesifik. Yang dianggap positif adalah nilai yang sama dengan atau lebih besar dapat pada 0,21.
Hasil penelitiannya yaitu dari 99 terdapat 79 bayi yang tersangka toxoplasmosis kongenital. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini:                                                                                                                
  Tabel 5. Hasil Pemeriksaan IgM pada 79 Bayi Tersangka Toxoplasmosis Kongenital
Hasil Yang Didapat
Jumlah
Persentase (%)
Positif
8
10,1
Negatif
71
89,9
Jumlah
79
100
Pada Tabel 5 di atas dapat dilihat, bahwa IgM spesifik ditemukan pada 8 bayi (10,1) yaitu 4 bayi berumur 2 hari sampai 5 bulan yang secara berturut-turut menunjukkan kelainan kongenital multipel dan hepatospenomegali, anemia gravis dan demam, mikro sephalus, khorioretinitis dan katarak. Pemeriksaan IgG dengan Elisa menunjukkan nilai positif tinggi pada keempat bayi tersebut yaitu 0,73-0,82-1,22-0,97. Pemeriksaan IgG pada 4 bayi lainnya dilakukan dengan test IHA dengan hasil titer 1:1024 (t.) pada bayi berumur 6 bulan dengan kelainan kongenital multipel, titer 1:64 pada bayi berumur 6 bulan.
Tabel 6: Hasil Pemeriksaan IsM dan IgG Pada 8 bayi dengan Diagnosis Serologik Toxoplasmosis Kongenital.
Umur
IgM +
IgG
Gejala
2 hari
0,62
0,73
Kelainan kongenital multipel + hepatosple nomegali
2 bulan
0,36
0,82
H. Spenomegali + anemia
3 bulan
0,67
1,22
Mikrosefalus
5 bulan
0,28
0,97
Khorioretinitis + Katarak
6 bulan
0,28
-
Kelainan kongenital
4,5 bulan
0,28
64
Atropi orak kiri
5,6 bulan
0,36
32
Kelainan mata
6 hari
0,33
8
Hiperbilirubinemia

Dari tabel di atas dapat dilihat diagnosis toxoplasmosis kongenital pada 8 bayi

dengan det.eksi IgM + dan IgG di dapat basil yang berbeda antara pemeriksaan dengan IgM dan IgG. Menurut Remington dkk, (1980) IgM menghilang 3-4 bulan setelah muncul dalam serum, tetapi kadang-kadang dapat ditemukan lebih lama. Desmonts dkk, 1975 seperti dikutip Vejtorp (1980) menemukan zat antigen IgM hanya pada 25% bayi dengan toxoplasmosis kongenital.

 

PENCEGAHAN TOXOPLASMOSIS


Dalam hal pencegahan toxoplasmosis yang penting ialah menjaga kebersihan, mencuci tangan setelah memegang daging mentah menghindari feces kucing pada waktu membersihkan halaman atau berkebun. Memasak daging minimal pada suhu 66°C atau dibekukan pada suhu -20°C. Menjaga makanan agar tidak terkontaminasi dengan binatang rumah atau serangga. Wanita hamil trimester pertama sebaiknya diperiksa secara berkala akan kemungkinan infeksi dengan toxoplasma gondii. Mengobatinya agar tidak terjadi abortus, lahir mati ataupun cacat bawaan.

PENGOBATAN TOXOPLASMOSIS.

Sampai saat ini pengobatan yang terbaik adalah kombinasi pyrimethamine dengan trisulfapyrimidine. Kombinasi ke dua obat ini secara sinergis akan menghambat siklus p-amino asam benzoat dan siklus asam foist. Dosis yang dianjurkan untuk pyrimethamine ialah 25-50 mg per hari selama sebulan dan trisulfapyrimidine dengan dosis 2.000-6.000 mg sehari selama sebulan.
Karena efek samping obat tadi ialah leukopenia dan trombositopenia, maka dianjurkan untuk menambahkan asam folat dan yeast selama pengobatan. Trimetoprimn juga temyata efektif untuk pengobatan toxoplasmosis tetapi bila dibandingkan dengan kombinasi antara pyrimethamine dan trisulfapyrimidine, ternyata trimetoprim masih kalah efektifitasnya.

Spiramycin merupakan obat pilihan lain walaupun kurang efektif tetapi efek sampingnya kurang bila dibandingkan dengan obat-obat sebelumnya. Dosis spiramycin yang dianjurkan ialah 2-4 gram sehari yang di bagi dalam 2 atau 4 kali pemberian. Beberapa peneliti menganjurkan pengobatan wanita hamil trimester pertama dengan spiramycin 2-3 gram sehari selama seminggu atau 3 minggu kemudian disusul 2 minggu tanpa obat. Demikian berselang seling sampai sembuh. Pengobatan juga ditujukan pada penderita dengan gejala klinis jelas dan terhadap bayi yang lahir dari ibu penderita toxoplasmosis.


KESIMPULAN

Penyakit toxoplasmosis merupakan penyakit kosmopolitan dengan frekuensi tinggi di berbagai negara juga di Indonesia karena gejala klinisnya ringan maka sering kali Input dari pengamatan dokter. Padahal akibat yang ditimbulkannya memberikan beban berat bagi masyarakat seperti abortus, lahir mati maupun cacat kongenital. Diagnosis secara laboratoris cukup mudah yaitu dengan memeriksa antibodi kelas IgG dan IgM terhadap toxoplasmagondii akan dapat diketahui status penyakit penderita.




























KATA PENUTUP

            Demikianlah hasil dari makalah yang telah penulis buat selama kurang lebih beberapa hari dalam rangka memperdalam wawasan kami tentang Taxoplasmosis.
Semoga dengan terbentuknya makalah ini, penulis dapat memberikan pengetahuan yang luas kepada semua orang yang membacanya terutama bagi Penulis sendiri. Penulis juga berharap bahwa dengan terbentuknya makalah ini, semua orang yang membutuhkan bahan-bahan yang terkait dengan Taxoplasmosis menjadi tertolong dan tidak kesulitan dalam mencari bahan-bahan yang dibutuhkan.
Makalah ini kami persembahkan bagi berkembangnya struktur pendidikan di SMA N 2 Band Aceh khususnya study Biologi, Semoga apa yang tertulis di dalam makalah ini selalu abadi dan memberikan berkah yang tiada hentimya dalam kehidupan kita bersama
Terima kasih atas segala pihak yang telah membantu terbentuknya makalah ini. Semoga bantuan anda sekalian tidak sia-sia.
                                                                               Banda Aceh, 18 Nov 2010
                                                                                       Wassalam:


 (…………………….)                                                (…………………….)


DAFTAR PUSTAKA




Gandahusada S. Koesharyono C. Prevalensi zat anti toxoplasma gondii pada kucing dan anjing
di Jakarta. Penelitian , 1982.
Priyana A. Oesman F, Kresno SB. Prevalensi anti Toxoplasma Gondii pada pemelihara kucing atau
anjing di Jakarta, 1987.
Ressang A.A. Patologi Khusus Veteriner, IFAD Project, Bali 1984.
Schurrenberger, P.R. dan William, T.H. Ikhtisar Zoonosis Penerbit ITB, Bandung, 1991.
Partodihardjo, S. Ilmu Reproduksi Hewan, Peberbit Mutiara. Jakarta, 1980.
Priyana, A. Oesman F, Kresno SB. Toxoplasmosis Medika No. 12 tahun 14, 1988 : 1164 – 1167.







 

apakah pendidikan di aceh sudah membaik?

_succes.

Succes is the maximum utilization of the ability that you have

Sukses adalah pemanfaatan maksimum atas kemampuan yang kamu miliki.